Assalāmu'alaikum wr wb
Sekarang saya akan menjelaskan tentang "Zikir"
Zikir merupakan hubungan timbal balik, manusia ber-Zikir (ingat) kepada Allah dan Allah pun ber-Zikir (ingat) kepada manusia, karena itu Zikir merupakan sarana untuk manunggal dengan Allah. Pengertian manunggal, bukan manunggal Dzat-Nya, tapi manunggal Sifat, Asma, dan Af’al sang hamba dengan Tuhan-Nya. Dalam istilah jawa disebut “LORO-LORONING ATUNGGAL” Yang berarti Dua tapi Satu adanya. Dan inilah kiranya yang dimaksud dengan TAUHID SEJATI. (Pengesaan Yang Sebenar-benarnya).
Zikir berasal dari kata ZAKARA, Kata ZA yang berarti “Mengingat” , dan KA yang berarti “ Memperhatikan”, sedangkan RA yang berarti “Mengisi atau Menuangkan Asma Allah kedalam Lubuk Hatinya. Jadi dalam ber-Zikir kita bukan menyatukan dirinya dengan Dzat Allah, karena Allah meliputi segala sesuatu, tapi yang perlu kita satukan adalah Sifat, Asma dan Af’al Tuhan, agar sesuai dengan Kodrat dan Iradat Allah.
Dan untuk bisa menyatukan diri dengan Allah atau Manunggaling Kawula Gusti, kita harus dapat ber-Semadi (Tapakur), yakni harus bisa menyatukan perasaan, pikiran dengan Nafasnya dalam ber-Zikir. Puncak dari penyatuan ini adalah ketenangan jiwa, tentramnya qolbu, perasaan dan pikiran dikembalikan kepada Allah dan diiringi dengan perhatian terhadap keluar – masuknya Nafas.
Nafas adalah merupakan wahana bagi sang permana untuk mengunjungi setiap sudut sel-sel kehidupan manusia, sang permana sendiri tergantung pada daya sang Sukma Jati, bila sang permana telah menjangkau semua sudut sel-sel kehidupan badan, maka tenanglah hati manusia. Pancamaya dan Hartadaya yang melekat pada Sukma Jati tidak bergejolak lagi setelah sang permana menjelajah semua sudut sel tubuh ini. Hati yang bergoncang, tenang semua unsur dalam diri manusia menjadi patuh kepada sang pencipta ketika manusia ber-Zikir, karena itu hanya dengan ber-Zikir hati menjadi tenang.
Puncak dari Zikir adalah kondisi diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan, dan hasilnya perasaan tenang dan tenteram.
Adanya Allah karena Zikir. Pada saat Zikir manusia tenggelam dalam dirinya sendiri, Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Tuhan digulung menjadi Antaya dan Rasa dalam diri. Apakah Antaya itu ? Antaya adalah angan-angan yang tampak nyata dalam diri kita, ketika orang itu sedang berzikir.
Ada Antaya dan Rasa dalam diri pada saat Zikir sehingga terjadilah “JADAB” semacam hilangnya kesadaran diri, dan meluncurlah ucapan “ANA AL-HAQ” atau Saya Tuhan dan sayalah kebenaran itu. Timbulah pengakuan bahwa dirinya telah menjadi Zat Yang Mulia. Sehingga banyak orang yang ber-Zikir merasakan kedekatannya dan pertemuannya dengan Allah, sehingga seolah-olah kita larut dan hanyut tenggelam dalam samudra Tauhid yang tak bertepi.
Sekian dari saya semoga bermanfa'at..
Wassalāmu'alaikum wr wb
Sekarang saya akan menjelaskan tentang "Zikir"
Zikir merupakan hubungan timbal balik, manusia ber-Zikir (ingat) kepada Allah dan Allah pun ber-Zikir (ingat) kepada manusia, karena itu Zikir merupakan sarana untuk manunggal dengan Allah. Pengertian manunggal, bukan manunggal Dzat-Nya, tapi manunggal Sifat, Asma, dan Af’al sang hamba dengan Tuhan-Nya. Dalam istilah jawa disebut “LORO-LORONING ATUNGGAL” Yang berarti Dua tapi Satu adanya. Dan inilah kiranya yang dimaksud dengan TAUHID SEJATI. (Pengesaan Yang Sebenar-benarnya).
Zikir berasal dari kata ZAKARA, Kata ZA yang berarti “Mengingat” , dan KA yang berarti “ Memperhatikan”, sedangkan RA yang berarti “Mengisi atau Menuangkan Asma Allah kedalam Lubuk Hatinya. Jadi dalam ber-Zikir kita bukan menyatukan dirinya dengan Dzat Allah, karena Allah meliputi segala sesuatu, tapi yang perlu kita satukan adalah Sifat, Asma dan Af’al Tuhan, agar sesuai dengan Kodrat dan Iradat Allah.
Dan untuk bisa menyatukan diri dengan Allah atau Manunggaling Kawula Gusti, kita harus dapat ber-Semadi (Tapakur), yakni harus bisa menyatukan perasaan, pikiran dengan Nafasnya dalam ber-Zikir. Puncak dari penyatuan ini adalah ketenangan jiwa, tentramnya qolbu, perasaan dan pikiran dikembalikan kepada Allah dan diiringi dengan perhatian terhadap keluar – masuknya Nafas.
Nafas adalah merupakan wahana bagi sang permana untuk mengunjungi setiap sudut sel-sel kehidupan manusia, sang permana sendiri tergantung pada daya sang Sukma Jati, bila sang permana telah menjangkau semua sudut sel-sel kehidupan badan, maka tenanglah hati manusia. Pancamaya dan Hartadaya yang melekat pada Sukma Jati tidak bergejolak lagi setelah sang permana menjelajah semua sudut sel tubuh ini. Hati yang bergoncang, tenang semua unsur dalam diri manusia menjadi patuh kepada sang pencipta ketika manusia ber-Zikir, karena itu hanya dengan ber-Zikir hati menjadi tenang.
Puncak dari Zikir adalah kondisi diam, sunyi dari perasaan dan angan-angan, dan hasilnya perasaan tenang dan tenteram.
Adanya Allah karena Zikir. Pada saat Zikir manusia tenggelam dalam dirinya sendiri, Dzat, Sifat, Asma dan Af’al Tuhan digulung menjadi Antaya dan Rasa dalam diri. Apakah Antaya itu ? Antaya adalah angan-angan yang tampak nyata dalam diri kita, ketika orang itu sedang berzikir.
Ada Antaya dan Rasa dalam diri pada saat Zikir sehingga terjadilah “JADAB” semacam hilangnya kesadaran diri, dan meluncurlah ucapan “ANA AL-HAQ” atau Saya Tuhan dan sayalah kebenaran itu. Timbulah pengakuan bahwa dirinya telah menjadi Zat Yang Mulia. Sehingga banyak orang yang ber-Zikir merasakan kedekatannya dan pertemuannya dengan Allah, sehingga seolah-olah kita larut dan hanyut tenggelam dalam samudra Tauhid yang tak bertepi.
Sekian dari saya semoga bermanfa'at..
Wassalāmu'alaikum wr wb
Komentar
Posting Komentar