Langsung ke konten utama

SHALAT YANG DITERIMA

Assalāmu'alaikum wr wb
Kali ini saya akan menjelaskan bahasan tentang : " Shalat yg Diterima"

Kembali ke masalah Shalat yang sah dan sempurna. Sebelumnya perlu di sadari bahwa shalat memang harus dilaksanakan secara benar dan sempurna, karena inilah salah satu jalan utama menuju Allah. Oleh karenanya masalah ini perlu kiranya dipaparkan secara lebih luas, dalam dan terinci. Berikut adalah sebuah panduan yang di ambil dari Hadits Qudsi. Panduan ini dapat di jadikan sebagai wacana dalam rangka meraih kesempurnaan shalat, sehingga shalatnya syah dan di terima oleh Allah.
Allah SWT, berfirman :
“Tidaklah Aku menerima shalat setiap orang. Aku hanya menerima shalat dari orang yang merendah demi ketinggian-KU, ber-Khusyu demi ke agungan-KU, mencegah nafsunya dari segala larangan-KU, melewatkan siang dan malamnya dalam mengingat-KU, tidak terus menerus dalam pembangkangan terhadap-KU, dan selalu mengasihi yang lemah, dan menghibur orang miskin demi keridho’an-KU. Bila ia memanggil-KU, Aku akan memberinya. Bila ia bersumpah dengan nama-KU, Aku akan membuatnya mampu memenuhinya. Aku akan jaga ia dengan kekuatan-KU dan kubanggakan dia diantara malaikat-KU. Seandainya Aku bagi-bagikan Nur-Nya untuk seluruh penghuni bumi, niscaya akan cukup bagi mereka. Perumpamaannya seperti surga firdaus, buah-buahannya tidak akan rusak, dan kenikmatannya pun tak akan Sirna”. (HADISTS QUDSI).
Jadi pada intinya, bahwa shalat tidak hanya terdiri dari gerakan fisik (badan) saja, lebih dari itu yang utama adalah dampak positif dari shalat dapat dirasakan oleh masyarakat dimana dapat ditunjukan dengan perilaku penuh santun dan penuh dengan nilai-nilai kebajikan, misalnya mengasihi dan membantu orang-orang yang lemah. Penting ditekankan disini adalah jika sudah merasa mendirikan shalat jangan sampai menyombongkan diri karena telah melakukan ibadah suci dengan baik. Karena kesombongan diri, baik itu sombong dalam shalat, puasa dan sebagainya sebaiknya harus dijauhkan dari dalam diri kita, jikalau kesombongan itu semakin meraja lela didalam diri kita, maka semua yang kita lakukan akan sia-sia, sehingga perjalanan spiritual kita pun akan menjadi terbengkalai, hancur tiada tersisa.
Kesombongan, egoisme atau riya adalah sebuah sikap atau sifat yang menempel pada diri manusia yang sering kali tidak disadari oleh mereka yang menyandangnya sehingga amat sulit dihapuskan. Itulah kenapa para kaum spiritual selalu mengingatkan untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa :
“JIKA DALAM HATIMU TERDAPAT KESOMBONGAN, WALAU ITU HANYA SEBESAR DZARRAH (BIJI) SEKALIPUN, MAKA PINTU CAHAYA (SURGA) TIDAK AKAN TERBUKA”.

Sekian dari saya, semoga bermanfa'at

Wassalāmu'alaikum wr wb

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian Varian dan Invariant

Varian dan Invarian Varian adalah jenis atau turunan dari alur logika yang digunakan untuk Pra-built aplikasi. sedangkan invariant adalah bentuk logika dari external algoritma yang terintegrasi dengannya. dalam artian lain varian adalah variabel yang tidak mempunyai tipe data dan invariant adalah variabel yang mempunyai tipe data. ,,,,

Hakékat atawa eusi tina Sholat

Assalāmu'alaikum warohmatullāhi wabarokatuh Dina waktos ayeuna abdi badé nerangkeun perkawis hakékat na sholat.. Saur Ulama Mutanabi (anu leres² nyunah ka nabi) Sholat téh terdiri tina 3 huruf, nyaéta : 1. Shod  2. Lam 3. Ta Ayeuna urang bahas hiji² 1. Shod, => papanjangna Shidqul Qouli nyaéta anu bener ngomongna/nyarios na Anu kumaha? Anu bener sesuai jeung haté, nu jujur tara bohong, upami dipasihan amanat nyampaikeunna pas teu dilangkungan sareng teu dikirangan, teras ogé nu omonganana teu pikanyeurieun batur. 2. Lam, => papanjangna Layyinul Qolby nyaéta leuleus haté na Anu kumaha? Anu handap asor, depe², sopan santun, béréhan, welas jeung asihan, teu gumedé, teu sirik, teu picik, teu dengki, pami dinaséhatan dilaksanakeun atanapi teu hésé di papatahan. 3. Ta, => papanjangna Tarkul Ma'siyati nyaéta ngajauhan ma'siat Anu kumaha? Nya éta nu ngajauhan sakabéh ma'siyat, ari ma'siyat téh hal anu goréng, anu matak pimadarateun kanggo diri anu ng...

JANGAN MENYEMBAH BILA TIDAK TAHU SIAPA YANG DISEMBAH

Assalāmu'alaikum wr wb Sekarang saya akan menjelaskan tentang : "Jangan Menyembah Bila Tidak Tahu Siapa Yang Disembah" Adapun ungkapan : “JANGAN MENYEMBAH BILA TIDAK TAHU SIAPA YANG DISEMBAH ? Yang dimaksudkan disini adalah bahwa yang diperintahkan di dalam Al-Qur’an adalah “AQIMU SHALAT (Menegakan/mendirikan Shalat)”, Menegakan /mendirikan shalat tidak sama dengan mengerjakan atau menjalankan shalat, juga tidak sama dengan mempelajari dalil-dalil shalat. Mengerjakan shalat lebih cenderung hanya sekedar menjalankan ritual upacara lahiriah belaka, sedangkan justru yang dikehendaki oleh Al-Qur’an tentu saja tidak demikian, karena kata kerja yang digunakan untuk menyatakan perbuatan shalat adalah “Aqama” yang artinya adalah menegakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya. Sedangkan arti shalat sendiri adalah permohonan atau Do’a. Dalam shalat terkandung tindakan WASHOLA yaitu menyatukan diri dengan Allah, jadi termasuk dalam menegakan shalat adalah menegakan subtansi atau...