Assalāmu'alaikum wr wb
☼ kali ini saya akan menjelaskan tentang :
MENUJU CAHAYA ALLAH
(NUR ILLAHI)
Apakah sesungguhnya cahaya Allah itu ? Perlu dipahami bahwa jika sinar matahari itu terdiri dari sinar yang beraneka warna dan setiap sinar mempunyai gelombang sendiri, maka sinar Allah yang diturunkan atas Nabi Muhammad saw. Terpencar pula menjadi 6666 sinar (ayat) yang tersusun menjadi kitab suci yaitu Al-Qur’an. Setiap ayat memiliki gelombang sendiri-sendiri, yang panjang gelombangnya dapat ditetapkan dari bentuk dan susunan ayat tersebut. Sebagai kata kunci, tak ada yang mampu menandingi al-Qur’an, karena Kalam Allah ini sarat dengan dimensi keilmuan dan kecerdasan. Itulah yang menjadi tumpuan hakiki dari segala ilmu di jagat raya seisinya, itulah “Ulul Abrar”. Adapun penjelasan tentang cahaya Allah itu didalam Al-qur’an Surat An-Nur di jelaskan :
“ALLAAHU NUURUSSAMAAWAATI WAL’ARDHI
MATSALU NUURIHII KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAHUN
‘ALMISHBAAHU FIIZU JAAJATIN. A’ZZUJAAJATU KA’ANNAHAA
KAWKABUN DURRIYUN YYUUQADU MIN SYAJARATIN
MMUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN’LLAASYARQIYYATIN
WALAA GHARBIYYATIN YYAKAADU ZAYTUHAA YUDHII’U WALAW
LAM TAMSHASHU NAARUN. NUURUN ALAA NUURIN.
YAHDILLAAHU LI NUURIHII MAN YYASYAA’U.
WA YADHRIBU ‘LLAAHU ‘AMTSAALA LINNAASI
WA LLAAHU BIKULLI SYAI’IN ALIMUN //.
Q.S (24) AN-NUR : 35
Artinya :
Allahunur (Allah Cahaya) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada PELITA besar. Pelita itu didalam kaca, dan kaca itu seakan-akan bintang yang BERCAHAYA seperti Mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu Pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur dan tidak pula disebelah barat. Yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. CAHAYA DI ATAS CAHAYA (Yang berlapis-lapis), Allah membingbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Pada Ayat di atas, dijelaskan mula-mula dinyatakan bahwa Allah merupakan Cahaya langit dan bumi. Disitu telah dijelaskan bahwa cahaya Allah itu seolah-olah sebuah lubang yang berisi PELITA (Lampu), dikatakan seolah-olah karena keberadaan Allah itu tidak dapat digambarkan seperti apapun. Tak ada yang menyerupai Allah, meskipun (Allah) tidak bisa diserupakan tapi perlu perumpamaan untuk memudahkan manusia me-Ma’rifatinya (Mengenalnya).
Dalam perumpamaan itu disebutkan bahwa Cahaya-Nya itu seolah-olah Lampu yang ada disebuah Lubang yang ditutup kaca, yang kacanya itu sendiri memancarkan cahaya gemerlapan seperti bintang di langit. Sumbu itu dinyalakan dengan minyak Zaitun yang tidak tumbuh di timur maupun di barat, bahkan minyaknyapun ber-Cahaya, meski tanpa sentuhan Api.
Adapun arti dari pada lampu dalam Ceruk (Lubang) yang ditutupi kaca itu, kalau di pahami secara mendalam “ sebagai hati yang jernih” Artinya apa ?, Allah adalah Cahaya di atas Cahaya, dan dirinya di lukiskan sebagai cahaya langit dan bumi, dan diri-Nya di lukiskan sebagai cahaya langit dan bumi, dan cahaya ini ter-Manisfestasikan (terpantul/mewujud) dalam HATI (Qalbu) yang jernih dan kemilau, dan hati yang demikian merupakan wujud dari Al-Islam, Al-Iman dan Al-ihsan, yang jika ketiganya berada dalam keseimbangan, maka yang terpancarkan adalah Al-Ikhlas.
Al-Islam, Al-Iman, dan Al-Ihsan yang sudah menjadi Al-Ikhlas yaitu suatu wujud ke-Ikhlasan hidup secara nyata bukan basa basi, karena merupakan minyak dari hati yang jernih itu. Minyak yang demikian tidak berasal dari pemikiran timur dan barat, tetapi berasal dari pusat kebenaran yang UNIVERSAL (Al-Haqqu Mubin), Yaitu Allah sendiri, minyak demikian juga mengeluarkan cahaya meskipun belum disentuh api, meski minyak itu belum di aktifkan, kerena itu jangan heran bila dibeberapa ayat yang lain disebutkan bahwa hanya orang-orang yang hidupnya dipenuhi ke-Ikhlasan yang tidak dapat di sentuh ataupun digoda oleh Iblis, bukankah iblis sendiri adalah symbol nyata dari Api. Semua pintu masuk yang tersedia buat iblis tertutup bagi orang-orang yang dipenuhi ke-Ikhlasan.
Allah adalah Cahaya diatas cahaya, itulah perumpamaan bagi Allah. Dia bagaikan CAHAYA, DIA menerangi, DIA yang menjadikan semua yang tersamar jadi jelas, Yang benar jadi tampak, Yang gelap tersingkir, dan Cahaya-Nya itu di atas ribuan lapisan Cahaya, maka hanya orang yang berkehendak kuat menuju Cahaya-Nya yang ditunjuki-Nya. Jadi keliru sekali orang-orang yang mengatakan bahwa Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki Allah, dan jika demikian berarti Allah berbuat sewenang-wenang kepada makhluknya, dan berarti Allah tidak Rahman-Rahim, padahal Allah telah menetapkan Rahmat bagi segenap ciptaanNya, yang menghendaki Cahaya-Nya, yang akan dituntun untuk mendapatkannya. Dari sebuah Hadist kita ketahui bahwa Allah memancarkan Cahaya dari Cahaya-Nya, terwujudlah Nur Muhammad, nah dari Nur Muhammad inilah Allah menjadikan Alam Semesta, dan sebenarnya dari Nur Muhammad inilah proses pemancaran Cahaya yang berlapis-lapis, sehingga terwujudlah (terbentuk) JAGAT RAYA, sebagaimana yang ada sekarang ini.
Sekian Keterangan dari saya ini. Semoga bermanfa'at
Wassalāmu'alaikum wr wb
☼ kali ini saya akan menjelaskan tentang :
MENUJU CAHAYA ALLAH
(NUR ILLAHI)
Apakah sesungguhnya cahaya Allah itu ? Perlu dipahami bahwa jika sinar matahari itu terdiri dari sinar yang beraneka warna dan setiap sinar mempunyai gelombang sendiri, maka sinar Allah yang diturunkan atas Nabi Muhammad saw. Terpencar pula menjadi 6666 sinar (ayat) yang tersusun menjadi kitab suci yaitu Al-Qur’an. Setiap ayat memiliki gelombang sendiri-sendiri, yang panjang gelombangnya dapat ditetapkan dari bentuk dan susunan ayat tersebut. Sebagai kata kunci, tak ada yang mampu menandingi al-Qur’an, karena Kalam Allah ini sarat dengan dimensi keilmuan dan kecerdasan. Itulah yang menjadi tumpuan hakiki dari segala ilmu di jagat raya seisinya, itulah “Ulul Abrar”. Adapun penjelasan tentang cahaya Allah itu didalam Al-qur’an Surat An-Nur di jelaskan :
“ALLAAHU NUURUSSAMAAWAATI WAL’ARDHI
MATSALU NUURIHII KAMISYKAATIN FIIHAA MISHBAAHUN
‘ALMISHBAAHU FIIZU JAAJATIN. A’ZZUJAAJATU KA’ANNAHAA
KAWKABUN DURRIYUN YYUUQADU MIN SYAJARATIN
MMUBAARAKATIN ZAYTUUNATIN’LLAASYARQIYYATIN
WALAA GHARBIYYATIN YYAKAADU ZAYTUHAA YUDHII’U WALAW
LAM TAMSHASHU NAARUN. NUURUN ALAA NUURIN.
YAHDILLAAHU LI NUURIHII MAN YYASYAA’U.
WA YADHRIBU ‘LLAAHU ‘AMTSAALA LINNAASI
WA LLAAHU BIKULLI SYAI’IN ALIMUN //.
Q.S (24) AN-NUR : 35
Artinya :
Allahunur (Allah Cahaya) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada PELITA besar. Pelita itu didalam kaca, dan kaca itu seakan-akan bintang yang BERCAHAYA seperti Mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, yaitu Pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur dan tidak pula disebelah barat. Yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. CAHAYA DI ATAS CAHAYA (Yang berlapis-lapis), Allah membingbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Pada Ayat di atas, dijelaskan mula-mula dinyatakan bahwa Allah merupakan Cahaya langit dan bumi. Disitu telah dijelaskan bahwa cahaya Allah itu seolah-olah sebuah lubang yang berisi PELITA (Lampu), dikatakan seolah-olah karena keberadaan Allah itu tidak dapat digambarkan seperti apapun. Tak ada yang menyerupai Allah, meskipun (Allah) tidak bisa diserupakan tapi perlu perumpamaan untuk memudahkan manusia me-Ma’rifatinya (Mengenalnya).
Dalam perumpamaan itu disebutkan bahwa Cahaya-Nya itu seolah-olah Lampu yang ada disebuah Lubang yang ditutup kaca, yang kacanya itu sendiri memancarkan cahaya gemerlapan seperti bintang di langit. Sumbu itu dinyalakan dengan minyak Zaitun yang tidak tumbuh di timur maupun di barat, bahkan minyaknyapun ber-Cahaya, meski tanpa sentuhan Api.
Adapun arti dari pada lampu dalam Ceruk (Lubang) yang ditutupi kaca itu, kalau di pahami secara mendalam “ sebagai hati yang jernih” Artinya apa ?, Allah adalah Cahaya di atas Cahaya, dan dirinya di lukiskan sebagai cahaya langit dan bumi, dan diri-Nya di lukiskan sebagai cahaya langit dan bumi, dan cahaya ini ter-Manisfestasikan (terpantul/mewujud) dalam HATI (Qalbu) yang jernih dan kemilau, dan hati yang demikian merupakan wujud dari Al-Islam, Al-Iman dan Al-ihsan, yang jika ketiganya berada dalam keseimbangan, maka yang terpancarkan adalah Al-Ikhlas.
Al-Islam, Al-Iman, dan Al-Ihsan yang sudah menjadi Al-Ikhlas yaitu suatu wujud ke-Ikhlasan hidup secara nyata bukan basa basi, karena merupakan minyak dari hati yang jernih itu. Minyak yang demikian tidak berasal dari pemikiran timur dan barat, tetapi berasal dari pusat kebenaran yang UNIVERSAL (Al-Haqqu Mubin), Yaitu Allah sendiri, minyak demikian juga mengeluarkan cahaya meskipun belum disentuh api, meski minyak itu belum di aktifkan, kerena itu jangan heran bila dibeberapa ayat yang lain disebutkan bahwa hanya orang-orang yang hidupnya dipenuhi ke-Ikhlasan yang tidak dapat di sentuh ataupun digoda oleh Iblis, bukankah iblis sendiri adalah symbol nyata dari Api. Semua pintu masuk yang tersedia buat iblis tertutup bagi orang-orang yang dipenuhi ke-Ikhlasan.
Allah adalah Cahaya diatas cahaya, itulah perumpamaan bagi Allah. Dia bagaikan CAHAYA, DIA menerangi, DIA yang menjadikan semua yang tersamar jadi jelas, Yang benar jadi tampak, Yang gelap tersingkir, dan Cahaya-Nya itu di atas ribuan lapisan Cahaya, maka hanya orang yang berkehendak kuat menuju Cahaya-Nya yang ditunjuki-Nya. Jadi keliru sekali orang-orang yang mengatakan bahwa Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki Allah, dan jika demikian berarti Allah berbuat sewenang-wenang kepada makhluknya, dan berarti Allah tidak Rahman-Rahim, padahal Allah telah menetapkan Rahmat bagi segenap ciptaanNya, yang menghendaki Cahaya-Nya, yang akan dituntun untuk mendapatkannya. Dari sebuah Hadist kita ketahui bahwa Allah memancarkan Cahaya dari Cahaya-Nya, terwujudlah Nur Muhammad, nah dari Nur Muhammad inilah Allah menjadikan Alam Semesta, dan sebenarnya dari Nur Muhammad inilah proses pemancaran Cahaya yang berlapis-lapis, sehingga terwujudlah (terbentuk) JAGAT RAYA, sebagaimana yang ada sekarang ini.
Sekian Keterangan dari saya ini. Semoga bermanfa'at
Wassalāmu'alaikum wr wb
Komentar
Posting Komentar